Sesar Alpen atau Patahan Alpen adalah patahan geser aktif yang membentang hampir sepanjang Pulau Selatan, Selandia Baru (sekitar 600 km) dan membentuk perbatasan antara Lempeng Pasifik dengan Lempeng Indo-Australia.[1] Pegunungan Alpen Selatan telah terangkat karena patahan yang terjadi selama 12 juta tahun terakhir dalam serangkaian gempa bumi. Namun, sebagian besar merupakan gerakan sesar mendatar (berdampingan), sehingga distrik Distrik Tasman dan Pantai Barat bergerak ke Utara sedangkan Canterbury dan Otago bergerak ke Selatan. Tingkat gerakan rata-rata di kawasan pusat sesar sekitar 38 mm setahun, termasuk sangat cepat untuk ukuran standar global.[2] Gempa bumi besar terakhir yang tercatat di patahan Alpen terjadi pada 1717 M, kemungkinan untuk terjadi lagi dalam kurun waktu 50 tahun mendatang diperkirakan sekitar 30 persen.[1][3]

Sesar Alpen
Sesar Alpen, di sepanjang Pulau Selatan, Selandia Baru
NegaraSelandia Baru
WilayahPulau Selatan, Selandia Baru
Karakteristik
Panjang600 km (370 mi)
Pergeseran30 mm (1,2 in)/tahun
Tektonika lempeng
LempengLempeng Indo-Australia, Lempeng Pasifik
StatusAktif
Gempa bumi1717 (M8.0)
JenisStrike-slip
PergerakanDapat memicu gempa lebih dari Mw  8.1
UmurMiocene
New Zealand geology database (includes faults)
Salju memperlihatkan dengan jelas tebing curam yang terbentuk oleh patahan Alpen di sepanjang tepi barat laut Pegunungan Alpen Selatan, dekat pantai barat Pulau Selatan. Gambar satelit ini menunjukkan kondisi setelah terjadi badai salju yang melanda pulau itu pada Juli 2003.

Belum ada gempa bumi besar dalam sejarah di sepanjang Sesar Alpen. Pada pertengahan abad ke-20 ada spekulasi bahwa Sesar Alpen merambat tanpa menimbulkan gempa besar. Namun, sekarang disimpulkan dari berbagai bukti bahwa Sesar Alpine pecah, menyebabkan gempa bumi besar kira-kira setiap beberapa ratus tahun. Peristiwa pecahnya sesar utuh terakhir terjadi pada tahun 1717 dan kini diketahui merupakan gempa bumi besar berkekuatan Mw 8.1. Terdapat juga bukti kuat mengenai peristiwa pasca tahun 1717 yang terjadi di bagian patahan North Westland namun tanggalnya tidak jelas.[4] Ada dua modus perilaku gempa bumi besar, yaitu gempa bumi besar (Mw 7–8) atau gempa besar berkekuatan (Mw 8), dan memprediksi modus berikutnya merupakan sebuah tantangan karena hal ini tampaknya berevolusi melalui beberapa siklus seismik sebagai respons terhadap perbedaan gempa yang terjadi sepanjang waktu geometri.[5]

Lihat pula

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ a b "Alpine Fault / Major Faults in New Zealand / Earthquakes / Science Topics / Learning / Home – GNS Science". www.gns.cri.nz. Diakses tanggal 2018-12-31. 
  2. ^ Graham 2015, hlm. 120.
  3. ^ "New study says Alpine Fault quake interval shorter than thought: GNS Science". stuff www.stuff.co.nz. 6 March 2017. Diakses tanggal 17 September 2018. 
  4. ^ McLintock, Alexander Hare; Frank Foster Evison, M. A.; Taonga, New Zealand Ministry for Culture and Heritage Te Manatu. "Earthquakes and Faults". An encyclopaedia of New Zealand, edited by A. H. McLintock, 1966. (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2019-01-05. 
  5. ^ Howarth, Jamie D.; Barth, Nicolas C.; Fitzsimons, Sean J.; Richards-Dinger, Keith; Clark, Kate J.; Biasi, Glenn P.; Cochran, Ursula A.; Langridge, Robert M.; Berryman, Kelvin R.; Sutherland, Rupert (2021). "Spatiotemporal clustering of great earthquakes on a transform fault controlled by geometry". Nature Geoscience (dalam bahasa Inggris). 14 (5): 314–320. Bibcode:2021NatGe..14..314H. doi:10.1038/s41561-021-00721-4. ISSN 1752-0894.