Kali Krukut

sungai di Kota Jakarta Barat, Provinsi Jakarta

Kali Krukut adalah sungai sepanjang kurang dari 40 km yang mengalir dari Situ Citayam, Bogor, Depok, Jagakarsa, Cilandak, Pasar Minggu, Kemang, Mampang Prapatan, Gatot Subroto, Setiabudi, Tanah Abang, Pecinan Glodok, bercabang di bawah Jembatan Toko Tiga Pancoran, melewati Pertokoan Gloria sampai di Bawah Jembatan Harco, hingga berakhir di Banjir Kanal Barat (menyatu dengan Kali Ciliwung).[1] Awalnya Kali Krukut merupakan sungai yang bersih dan menjadi tujuan wisata di bawah pemerintahan Belanda, tetapi kemudian karena padatnya pemukiman penduduk dan kurangnya pengelolaan sungai, airnya berubah menjadi kehitaman dan penuh sampah, serta meluap saat banjir.[2]

Kali Krukut
Kali Kroekoet
Kali Krukut, Jakarta
PetaKoordinat: 6°8′37.32″S 106°48′37.44″E / 6.1437000°S 106.8104000°E / -6.1437000; 106.8104000
Lokasi
NegaraIndonesia
RegionDepok; DKI Jakarta
Ciri-ciri fisik
Hulu sungaiSitu Citayam
 - lokasiCipayung, Kota Depok, Jawa Barat
 - koordinat6°26'49.2"S 106°48'01.4"E
Muara sungaiTeluk Jakarta
 - lokasiMuara Karang, Jakarta Utara
 - koordinat6°06'30.1"S 106°47'05.5"E
Daerah Aliran Sungai
Sistem sungaiDAS Krukut [DAS230041]
Luas DAS225 kilometer persegi (87 sq mi)
Pengelolaan sungaiBPDAS Citarum Ciliwung; BBWS Ciliwung Cisadane

Etimologi

sunting

"Krukut" adalah nama perkampungan yang merupakan kelurahan di Kecamatan Taman Sari, Jakarta Barat, yaitu terletak di atara dua sungai, yaitu Kali Ciliwung dan Kali Cideng (yang kemudian lebih dikenal sebagai "Kali Krukut"). Batas wilayah Kampung Krukut ini di sebelah timur Jalan Gajah Mada dan Kali Ciliwung, Kelurahan Petojo di sebelah selatan, Kali Krukut alias Kali Cideng di barat, dan Jalan Kerajinan dan Kelurahan Keagungan di sebelah utara.[3] Berdasarkan cerita sejarah masa lalu, asal usul nama "Krukut" mempunyai beberapa versi, misalnya sindiran kepada orang yang hidupnya sangat hemat alias pelit, yang dijuluki “krokot”. Pada masa itu masyarakat Betawi menyebut orang-orang Arab yang banyak tinggal di kampung tesebut dengan istilah "Krukut", dengan mengubah dari kata "krokot". Panggilan Krukut untuk tempat itu menjadi popular hingga sekarang, sehingga sering kali ada julukan orang Arab Krukut bagi orang Arab yang tinggal atau berasal dari Krukut.[3][4] Versi lain menyebutkan bahwa nama "Krukut" berasal dari kata bahasa Belanda "kerkhof", yang artinya "kuburan", di mana dalam lafal Betawi terucap sebagai "Krukut". Daerah tersebut pada masa itu memang merupakan tempat pemakaman atau kuburan bagi pribumi khususnya orang-orang Betawi.[3]

 
Kali Krukut ("K. Krukut") sebelah kiri bawah pada Peta Tata Air Jakarta (2012)

Sejarah

sunting

Kali Krukut bagian hilir menjadi penyebab utama banjir Jakarta yang tercatat sejak 1890. Setelah pelebaran hingga pelurusan alur bertahap selama puluhan tahun, separuh bagian hilir sungai itu jinak. Namun, di separuh lagi bagian hilirnya yang belum tersentuh penataan masih liar. Pada Agustus 2016, kawasan elite sekaligus ikon Jakarta Selatan, Kemang, terendam luapan Kali Krukut. Tembok pembatas kali bekas Hotel Grand Kemang jebol. Sejumlah kafe dan toko eksklusif serta ribuan rumah warga terendam. Genangan dan luapan Kali Krukut masih kerap terjadi dari Kebalen hingga Pondok Labu di Jakarta Selatan.[2]

Hingga sekitar 1970, Kali Krukut masih lebar, sekitar 25 meter, dan dalam, sehingga kalau mau menyeberang orang harus berenang dan juga sampai menyelam. Aliran Kali Krukut saat itu merupakan sumber pengairan pertanian dan empang. Bantaran Kali Krukut sebelum 1970-an di area Petogogan merupakan hamparan sawah, kebun, dan empang. Kawasan ini tidak dihuni karena dijadikan daerah larinya air. Setelah itu, bantaran Kali Krukut banyak ditimbun dan dibangun kontrakan seiring semakin banyaknya pendatang di Jakarta. Pada tahun 2012 Kali Krukut, termasuk di Petogogan, seluruhnya dipadati sampah rumah tangga. Berkat program pembersihan sungai Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, pada tahun 2017, Kali Krukut di Petogogan lebarnya menjadi tidak lebih dari 3 meter, tetapi aliran airnya lancar dan bersih tanpa sampah padat.[2]

Kali Krukut berhulu di Situ Citayam, Depok, Jawa Barat, dan berakhir di Karet saat aliran Krukut bertemu dengan aliran Banjir Kanal Barat. Aliran Kali Krukut bisa sangat deras karena pengaruh topografinya.[2] Total panjang keseluruhan 84,4 kilometer dengan panjang kali utama (yang besar) 30-an kilometer, dengan kondisi pada tahun 2017 di beberapa titik sangat parah, sehingga ada yang lebarnya hanya 1,5 meter, menurut Iskandar, Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane (BBWS Cilicis).[2]

Selepas dari Petogogan, Kali Krukut meliuk masuk daerah Kuningan menyeberang di bawah Jalan Gatot Subroto. Dari sini, Jembatan Kebalen VII, kondisi Kali Krukut membaik. Badan kali yang semula 3-5 meter melebar hingga 15-20 meter. Kali yang dulunya berkelok kini lurus lebar. Hilangnya liukan Kali Krukut terjadi karena adanya normalisasi pada era Gubernur Ali Sadikin, 1966-1977, di mana dulu berkelok-kelok, lalu ada pulau-pulau kecil di tengah Krukut ini, setelah kelokan dipotong, pulau-pulau ikut hilang.[2]

Sebenarnya Kali Krukut tak berakhir di Kanal Barat. Di Pintu Air Karet, Tanah Abang, kali Krukut sempat menghilang karena bermuara ke Kanal Barat dan menyatu dengan Sungai Ciliwung.[2] Sekitar 300 meter dari pertemuan arus itu, tepatnya setelah Pintu Air Kanal Barat, di Kelurahan Kebon Melati, muncul lagi kali kecil yang lebih mirip got selebar 3 meter dan dikenal sebagai "Krukut Lama" atau "Krukut Bawah". Krukut Bawah mengular sepanjang 31,4 kilometer, menyatu dengan Kali Pakin di Kelurahan Krukut, Jakarta Barat, lalu masuk ke aliran Kali Besar dan akhirnya bermuara di Pintu Air Pasar Ikan.[2]

Hingga kawasan perkulakan Tanah Abang, aliran Kali Krukut Bawah kecil dan dangkal. Di kanan-kirinya dipenuhi bangunan rumah. Ada bangunan yang dibangun di atas aliran kali. Di Pasar Tanah Abang, Kali Krukut bercabang dua, yang melalui Kampung Bali dan yang berada di sisi Jalan Fachrudin yang ukurannya jauh lebih kecil. Aliran ini bertemu lagi di Kebon Sirih dan kembali terpecah, ke arah Barat yang dikenal dengan "Kali Cideng" dan ke arah timur yang disebut "Krukut".[2]

Kali Krukut berada sejajar dengan Jalan Abdul Muis, melalui Petojo, Ketapang, hingga kembali bertemu dengan Cideng di Kelurahan Krukut. Sejak di Ketapang, kondisi Kali Krukut membaik dengan lebar 15-20 meter. Kali Krukut yang melalui Kelurahan Krukut menyatu dengan Kali Cideng, tepatnya di Jalan Sereal. Warga setempat mengenalnya dengan Kali Cagak Krukut karena ada percabangan dua sungai yang menjadi satu. Sejak kawasan Kebon Sirih, tepi Kali Krukut dipasangi sheet pile. Setelah sungai dinormalisasi, kawasan itu tidak lagi tergenang banjir. Beberapa bagian sheet pile juga menjadi tanggul bagi permukiman yang lebih rendah dari kali.[2]

Aliran Kali Krukut lalu tiba di Kelurahan Tambora, Jakarta Barat, dan kembali terpecah menjadi dua aliran, Kali Krukut yang ke arah barat, yang alirannya kemudian menyatu dengan aliran Kali Angke, dan aliran yang lebih besar membelah kawasan Kota Tua dan dikenal dengan nama Kali Besar. Kali Krukut yang mengaliri Kali Besar di Kota Tua alirannya lebar, bersih, dan bening sehingga dasarnya terlihat dan menjadi tempat warga memancing. Pemandangan ini terlihat berbeda dengan Krukut di hilir yang hanya digunakan untuk saluran pembuangan limbah rumah tangga. Aliran Kali Besar bertemu aliran Sungai Ciliwung di Pompa Pasar Ikan, mengalir melalui saluran Pakin (saluran buatan), bertemu kembali dengan Kali Krukut di Jalan Gedong Panjang dan bermuara di Waduk Pluit, tidak langsung ke laut ke Teluk Jakarta.[2]

Hidrologi

sunting

Kali Krukut di Jakarta panjangnya 31,39 kilometer (19,50 mi), dengan Daerah Pengaliran Sungai (DPS) seluas 84,99 km².[5] Curah hujan harian rata-rata sebesar 129 mm, dan debit puncak 135 m³.[5]

Geografi

sunting

Sungai ini mengalir di wilayah barat laut pulau Jawa yang beriklim hutan hujan tropis (kode: Af menurut klasifikasi iklim Köppen-Geiger).[6] Suhu rata-rata setahun sekitar 27 °C. Bulan terpanas adalah Maret, dengan suhu rata-rata 30 °C, and terdingin Mei, sekitar 26 °C.[7] Curah hujan rata-rata tahunan adalah 3674 mm. Bulan dengan curah hujan tertinggi adalah Desember, dengan rata-rata 456 mm, dan yang terendah September, rata-rata 87 mm.[8]

Normalisasi

sunting

Normalisasi Kali Krukut sudah dilakukan sejak era Gubernur Ali Sadikin, 1966-1977, antara lain meluruskan aliran yang berkelok-kelok, termasuk menghilangkan pulau-pulau kecil di tengah Kali Krukut ini. Proyek ini merupakan bagian dari upaya pemerintah saat itu mengantisipasi banjir Jakarta dengan setidaknya 8.000 orang digusur dari bantaran Kali Krukut dari Bendungan Hilir hingga Kanal Barat dan saluran Cideng (Kompas, 21 Februari 1971).[2]

Sejak tahun 2010, Pemerintah melakukan pengerukan atas Kali Krukut di sepanjang 1,1 km dengan menghasilkan 1000 meter kubik lumpur. Selain untuk membersihkan sumbatan, juga menjadi sumber air bersih bagi warga di sekitarnya. Selain itu juga diadakan pendidikan kepada masyarakat untuk ikut memelihara kebersihan sungai.[9] Pemerintah Jakarta juga tidak segan-segan untuk menggusur perumahan mewah yang secara ilegal menempati "ruang terbuka hijau" (designated open green space) di sepanjang tepian Kali Krukut, yang dianggap sebagai penyebab banjir besar yang melanda Kemang dan sekitarnya pada bulan Agustus 2016.[10] Pemerintah menemukan bahwa lebar Kali Krukut telah menyempit dari 20 meter menjadi hanya 4-5 meter karena adanya bangunan-bangunan tersebut.[10]

Sampai tahun 2017, bagian Kali Krukut yang telah dinormalisasi oleh BBWS Cilicis baru sepanjang 600 meter dari Jembatan Rengas hingga Jalan Kebalen V di Kuningan.[2]

Lihat pula

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ Kali Krukut Satu - Geonames.org.
  2. ^ a b c d e f g h i j k l m Krukut, Jinak di Hilir, Liar di Hulu - Irene Sarwindaningrum, Amanda Putri Nugrahanti - Kompas.com - 23 Januari 2017.
  3. ^ a b c Jakarta Tempo Doeloe: Asal Usul Nama Krukut Jakarta Barat - Nurudin Abdullah - Jakarta.Bisnis.com - 9 Mei 2016
  4. ^ Zaenuddin HM,212 Asal-Usul Djakarta Tempo Doeloe. Ufuk Press. Oktober 2012.
  5. ^ a b BBWS Ciliwung Cisadane. Pengendalian Banjir dan Perbaikan Sungai Ciliwung Cisadane (PBPS CC). Archived in Konservasi DAS Ciliwung - April 2012.
  6. ^ Peel, M C; Finlayson, B L; McMahon, T A (2007). "Updated world map of the Köppen-Geiger climate classification". Hydrology and Earth System Sciences. 11. doi:10.5194/hess-11-1633-2007. 
  7. ^ "NASA Earth Observations Data Set Index". NASA. 30 January 2016. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-08-06. Diakses tanggal 2017-09-05. 
  8. ^ "NASA Earth Observations: Rainfall (1 month - TRMM)". NASA/Tropical Rainfall Monitoring Mission. 30 January 2016. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-04-19. Diakses tanggal 2017-09-05. 
  9. ^ Pengerukan Kali Krukut Guna Hasilkan Air Bersih. Diarsipkan 2014-01-16 di Wayback Machine. Diakses dari situs BPPS PAM Kementrian Pekerjaan Umum pada 16 Januari 2014
  10. ^ a b Jakarta vows to evict luxury houses along Krukut River - Callistasia Anggun Wijaya - The Jakarta Post - September 2, 2016