Attarsiya merupakan seorang pemimpin militer Ahhiya pada abad ke-15 - ke–14 SM.[1] Dalam arsip Het dari sekitar tahun 1400 SM, ia digambarkan sebagai "orang Ahhiya", sebuah negara yang diidentifikasi dengan orang-orang Akhaia dan Yunani Mikenai.[2] Kampanye Attarsiya, serta konfliknya dengan bawahan Het, Madduwatta, mewakili kegiatan militer Yunani Mikenai yang tercatat pertama di daratan Anatolia,[3] serta konflik pertama antara Akhaia dan Het.[4] Ia akhirnya mengundurkan diri dari Anatolia setelah intervensi Het, namun kemudian melancarkan kampanye melawan Alashiya (Siprus).

Het saat itu menceritakan tentang serbuan Attarsiya dan Ahhiya pada umumnya dapat menunjukkan bahwa ada kemungkinan kerajaan Mikenai berpusat pada Yunani Zaman Perunggu akhir.[5] Selain itu, Attarsiya mungkin merupakan rekonstruksi Het yang mungkin dari nama Yunani Atreus, raja Mikenai menurut mitologi Yunani.

Daerah Laut Tengah bagian timur dan Timur Tengah pada masa Attarsiya (Yunani Mikenai berwarna ungu, Arzawa berwarna hijau muda).

Latar belakang

sunting

Kehidupan Attarsiya tercatat dalam arsip Het, khususnya dalam Prasasti Dakwaan Madduwata.[4] Dia digambarkan sebagai "orang Ahhiya", yang merupakan cara khas orang Het untuk menyebut raja musuh. Hal ini membuat Attarsiya menjadi pemimpin Akhaia pertama yang diketahui,[5] tetapi jabatan persisnya di dalam dunia Akhaia masih belum jelas. Penjelasan bangsa Het tampaknya setuju bahwa dia adalah seorang penguasa Akhaia setempat di Anatolia barat, ketimbang seorang raja agung dari semua orang Akhaia.[6]

Selain itu, urutan waktu arsip bangsa Het awalnya diperkirakan pada akhir abad ke-13 SM. Namun, penelitian yang lebih baru, berdasarkan sejumlah karakteristik kuno yang ditampilkan arsip tertentu, menempatkannya bersama dengan peristiwa yang dijelaskan sekitar dua abad sebelumnya (akhir abad ke-15 hingga awal abad ke-14 SM).[7]

Sebaliknya, tidak ada keterangan jelas yang ditemukan dalam prasasti-prasasti Linear B, kecuali hanya berurusan dengan masalah pemerintahan istana Peradaban Mikenai, sehingga hanya memiliki penjelasan terbatas terkait perkembangan politik di akhir Zaman Perunggu.[8] Selain itu, meskipun gelar raja Mikenai, yaitu wanaks, telah tercantum beberapa kali dalam prassati Linear B, tidak ada nama pribadi jelas yang ditemukan.[9]

Referensi

sunting
  1. ^ Spelling often varies based on the specific source, alternative forms include: Attar(a)s(h)iya(s), Attar(a)s(h)ija(s).
  2. ^ Kelder, Uslu & Şerifoğlu 2012, hlm. 57.
  3. ^ Kelder 2004–2005, hlm. 154–155.
  4. ^ a b D'Amato & Salimbeti 2011, hlm. 57.
  5. ^ a b Popko 2008, hlm. 121–122.
  6. ^ Bryce 1999, hlm. 140.
  7. ^ Sweeney 2009, hlm. 101–102.
  8. ^ Kelder 2005, hlm. 135.
  9. ^ Kelder 2005, hlm. 136.

Daftar pustaka

sunting