Assisi (pelafalan dalam bahasa Italia: [asˈsiːzi], dari bahasa Latin: Asisium) adalah suatu kota dan comune Italia di Provinsi Perugia, regione Umbria, di sisi barat Monte Subasio.

Assisi
Comune di Assisi
Panorama Assisi
Panorama Assisi
Bendera Assisi
NegaraItalia
WilayahUmbria
ProvinsiPerugia (PG)
FrazioniArmenzano, Capodacqua, Castelnuovo, Palazzo, Petrignano, Rivotorto, Santa Maria degli Angeli, San Vitale, Sterpeto, Torchiagina, Tordandrea, Tordibetto, Col d'Erba, Col d'Erba III, Collicello, Passaggio di Assisi, Pian della Pieve, Pieve San Nicolò, Podere Casanova, Ponte Grande, Renaiola, Rocca Sant'Angelo, San Damiano, San Gregorio, San Martino, San Martino Basso, San Presto, Santa Tecla, Tomba, Tombetta, Valecchie
Pemerintahan
 • Wali kotaStefania Proietti
Luas
 • Total186,8 km2 (721 sq mi)
Ketinggian
424 m (1,391 ft)
Populasi
 (1 Januari 2016)
 • Total28.299
 • Kepadatan15/km2 (39/sq mi)
DemonimAssisiani/Assisiati
Zona waktuUTC+1 (CET)
 • Musim panas (DST)UTC+2 (CEST)
Kode pos
06081
Kode area telepon075
Santo/a PelindungSt. Rufinus dari Assisi
- Hari11 Agustus
Situs webSitus web resmi

Assisi adalah tempat kelahiran St. Fransiskus, yang mendirikan tarekat religius Fransiskan di kota ini pada tahun 1208, dan St. Klara (Chiara d'Offreducci), pendiri komunitas Saudari-Saudari Miskin yang kemudian menjadi Tarekat Klara Miskin setelah wafatnya. St. Gabriel dari Bunda Dukacita dari abad ke-19 juga dilahirkan di Assisi.

Sejarah

sunting

Sekitar tahun 1000 SM terdapat gelombang imigran yang menetap di lembah pada hulu Sungai Tiber sampai Laut Adriatik, dan juga di lingkungan Assisi. Mereka adalah suku Umbri, yang tinggal di pemukiman kecil berkubu di dataran tinggi. Sejak tahun 450 SM, pemukiman tersebut secara bertahap diambil alih oleh orang Etruskan. Bangsa Romawi mengambil alih Italia tengah setelah Pertempuran Sentinum pada tahun 295 SM. Mereka membangun municipium Asisium yang berkembang pesat pada serangkaian undakan di Monte Subasio. Peninggalan-peninggalan Romawi dapat ditemukan di Assisi: tembok kota, forum (sekarang Piazza del Comune), sebuah teater, sebuah amfiteater, dan Kuil Minerva (sekarang berubah menjadi Gereja Santa Maria sopra Minerva). Pada tahun 1997, sisa-sisa villa Romawi juga ditemukan dalam bentuk beberapa ruangan yang masih terawat dengan beragam fresko dan mosaik dalam kondisi yang jarang dijumpai pada situs-situs luar seperti Pompei.

Pada tahun 238 M, Assisi menjadi penganut Kekristenan oleh Uskup Rufino, yang wafat sebagai martir di Costano. Menurut tradisi, jenazahnya dimakamkan di Gereja Katedral San Rufino di Assisi.

Totila, raja suku Ostrogoth, menghancurkan sebagian besar kota ini pada tahun 545. Assisi kemudian berada di bawah kekuasaan suku Langobardi (Lombard) sebagai bagian dari Kerajaan Langobardi dan kemudian menjadi bagian dari Kadipaten Spoleto yang dikuasai suku Franka.

Komune yang berkembang tersebut menjadi suatu komune independen Ghibellin pada abad ke-11. Dalam pergulatan terus menerus dengan Perugia yang dikuasai faksi Guelf, pada salah satu pertempuran mereka, yaitu pertempuran di Ponte San Giovanni, Francesco di Bernardone (Santo Fransiskus dari Assisi) menjadi tawanan, menggerakkan peristiwa-peristiwa selanjutnya yang akhirnya menuntun dia untuk menjalani kehidupan sebagai seorang pengemis, meninggalkan keduniawian, dan mendirikan Ordo Saudara-Saudara Dina.

 
Kuil Minerva di Piazza del Comune.

Kota ini, yang tetap berada dalam batas-batas tembok Romawi, mulai melakukan perluasan ke luar tembok itu pada abad ke-13. Pada periode tersebut, kota ini berada di bawah yurisdiksi kepausan. Rocca Maggiore, benteng imperial di puncak bukit di atas kota, yang dijarah oleh masyarakat pada tahun 1189, dibangun kembali pada tahun 1367 atas perintah legatus kepausan, Kardinal Gil de Albornoz.

Pada awalnya Assisi jatuh di bawah kekuasaan Perugia dan kemudian di bawah kekuasaan beberapa penguasa totaliter seperti Biordo Michelotti, Gian Galeazzo Visconti dan Francesco I Sforza penggantinya, para adipati Milan, Jacopo Piccinino, dan Federico II da Montefeltro, penguasa Urbino. Kota ini mengalami penurunan tajam karena wabah Maut Hitam pada tahun 1348.

Assisi kembali berada di bawah yurisdiksi kepausan di bawah kepemimpinan Paus Pius II (1458–1464).

Pada tahun 1569, pembangunan Basilika Santa Maria degli Angeli dimulai. Selama periode Renaisans dan abad-abad selanjutnya, kota ini terus berkembang dalam kedamaian, sebagaimana terlihat pada istana Bernabei dan Giacobetti.

Saat ini Assisi merupakan suatu situs yang lebih sebagai tempat ziarah, legendanya dikaitkan dengan putra daerahnya, St Fransiskus. Santo yang lemah lembut itu mendirikan tarekat Fransiskan dan berbagi kehormatan dengan St. Katarina dari Siena sebagai santo-santa pelindung Italia. St Fransiskus dikenang oleh banyak orang, bahkan dari kalangan non-Kristen, sebagai seorang pencinta alam (khotbahnya kepada burung-burung sebagai hadirinnya termasuk salah satu legenda kehidupannya).

Assisi mengalami dua gempa bumi dahsyat, yang mengguncang Umbria pada bulan September 1997. Namun, pemulihan dan restorasinya dipandang menakjubkan, kendati masih banyak yang perlu dilakukan. Kerusakan besar berdampak pada banyak situs historis, tetapi Basilica di San Francesco sebagai daya tarik utama kota ini dibuka kembali kurang dari dua tahun kemudian.

Destinasi wisata utama

sunting
Assisi, Basilika San Francesco dan Situs Fransiskan Lainnya
Situs Warisan Dunia UNESCO
 
KriteriaBudaya: I, II, III, IV, VI
Nomor identifikasi990
Pengukuhan2000 (ke-24)

Pada tahun 2000, UNESCO secara kolektif menetapkan struktur-struktur Fransiskan di Assisi sebagai salah satu Situs Warisan Dunia.

Bangunan gereja

sunting
  • Basilika San Francesco d'Assisi (St. Fransiskus). Biara Fransiskan, il Sacro Convento, serta gereja kecil dan besar (bahasa Italia: Basilica inferiore dan Basilica superiore) St Fransiskus segera dibangun setelah kanonisasinya pada tahun 1228, dan terselesaikan pada tahun 1253. Dalam gereja kecil terdapat berbagai fresko karya seniman-seniman Abad Pertengahan Akhir, yaitu Cimabue dan Giotto; dalam gereja besar terdapat fresko-fresko kisah hidup St Fransiskus yang awalnya dianggap sebagai karya Giotto, tetapi sekarang dianggap sebagai karya seniman-seniman dalam kelompok Pietro Cavallini dari Roma. Basilika rusak parah akibat gempa bumi tanggal 26 September 1997, sehingga atap lengkungnya runtuh, menewaskan empat orang di dalam gereja dan juga berdampak pada sebuah fresko karya Cimabue. Bangunan tersebut ditutup selama dua tahun untuk restorasi.
  • Santa Maria Maggiore, bangunan gereja yang paling awal di Assisi.
  • Katedral San Rufino (St. Rufinus), dengan fasad Romanesque yang memiliki tiga jendela mawar dan interior abad ke-16; sebagian bangunan itu dibangun di atas semacam penadah air (cistern) Romawi.
  • Basilika Santa Chiara (St. Klara) dengan tembok-tembok penopang (buttress) lateral yang sangat besar, jendela mawar, dan interior Gotik sederhana, dimulai pembangunannya pada tahun 1257, berisikan makam santa senama serta lukisan dan fresko dari abad ke-13.
  • Basilika Santa Maria degli Angeli (St. Maria dari Para Malaikat), tempat keberadaan Porziuncola.
  • Chiesa Nuova, dibangun di tempat yang diperkirakan sebagai rumah orang tua St. Fransiskus.
  • Santo Stefano, salah satu bangunan gereja tertua di Assisi.
  • Eremo delle Carceri, sebuah biara kecil dengan bangunan gereja di suatu ngarai di atas kota ini, tempat St. Fransiskus mengasingkan diri dan berkhotbah kepada burung-burung.
  • Gereja San Pietro (St. Petrus), dibangun oleh para Benediktin pada abad ke-10 dan dibangun kembali pada abad ke-13. Bangunan itu memiliki fasad berbentuk persegi dengan tiga jendela mawar; kapel Sakramen Mahakudus yang bergaya Gotik memuat semacam panel (triptik) karya Matteo di Gualdo.

Markah tanah lainnya

sunting
 
Eremo delle Carceri.

Kota ini didominasi oleh dua kastel (puri) abad pertengahan. Yang lebih besar, disebut Rocca Maggiore, merupakan suatu rekonstruksi yang sangat besar oleh Kardinal Albornoz (1367) serta diperluas oleh Paus Pius II (menara poligonal, 1458) dan Paus Paulus III (selekoh silindris dekat pintu masuk, 1535-1538). Yang lebih kecil dibangun pada era Romawi: hanya sebagian yang terlestarikan, suatu bagian kecil dan tiga menara dibuka untuk umum.

Destinasi wisata lainnya:

  • Amfiteater Romawi, dibangun pada awal abad ke-1. Denah lokasinya yang berbentuk elips dapat diidentikasi dari rumah-rumah abad pertengahan yang dibangun di sekitarnya, dan dari sebuah pelengkung cunei travertin. Arena itu sekarang memiliki taman.[1]
  • Piazza del Comune ("Lapangan Komunal"), dengan Palazzo del Capitano del Popolo (pertengahan abad ke-13, memiliki serangkaian merlon yang ditambahkan pada tahun 1927), Torre del Popolo ("Menara Rakyat", 1305) di sebelah Palazzo dei Priori ("Istana Para Prior", 1275-1493). Air mancur dengan tiga singa di sisi selatan berasal dari abad ke-16.
  • Kuil Minerva, juga berhadapan dengan Piazza del Comune.
  • Biara pertapaan St. Benediktus, didirikan pada abad ke-10 di Monte Subasio. Peninggalannya termasuk ruang bawah tanah (akhir abad ke-11), apse, dan tembok luar.
 
Detail fresko karya Pietro Lorenzetti, Assisi Basilica, 1310–1329.
Lihat pula Seni di Assisi

Assisi telah memiliki suatu tradisi seni yang kaya selama berabad-abad dan sekarang menjadi hunian sejumlah karya seni terkenal.[2]

Pietro Lorenzetti dan Simone Martini merupakan seniman-seniman yang berkarya bahu-membahu di Assisi. Basilika San Francesco d'Assisi memuat sejumlah karya seni. Fresko karya Simone Martini tahun 1317 yang terdapat di sana mencerminkan pengaruh Giotto dalam realisme dan penggunaaan warna-warna cemerlang. Fresko Lorenzetti di gereja kecil Basilika mencakup serangkaian panel yang menggambarkan Penyaliban Yesus, Penurunan dari Salib, dan Penguburan Yesus. Figur-figur yang dilukis Lorenzetti menampilkan emosi-emosi, namun figur-figur dalam adegan-adegan tersebut dibuat berdasarkan interaksi-interaksi emosional geometris, tidak seperti banyak penggambaran sebelumnya yang tampaknya merupakan agregasi-agregasi ikonik independen. Madonna dei Tramonti, karya Lorenzetti tahun 1330, juga mencerminkan pengaruh berkelanjutan Giotto dalam karyanya terkait Maria pada pertengahan kariernya.[3][4]

Budaya

sunting
 
Poster wisata ca tahun 1920.

Festival Calendimaggio, yang diselenggarakan pada tanggal 1–5 Mei, merupakan suatu pengenangan kembali kehidupan Renaisans dan abad pertengahan dalam rupa semacam tantangan antara faksi kelas atas dan kelas bawah di kota ini. Perayaan tersebut mencakup beragam prosesi, pertunjukan teater, penenunan bendera, dan tarian.

Sulaman Assisi merupakan suatu bentuk bordir hitung-jahitan yang telah dipraktikkan di Assisi sejak abad ke-13.

Saat ini Assisi memiliki banyak kelompok yang datang untuk menghayati kedamaian sederhana St. Fransiskus. Salah satu kelompok tersebut memugar sebuah ruangan dari abad ke-11 dan menambahkan altar-altar untuk agama-agama dunia. Organisasi yang lain, misalnya Seni Pertunjukan Assisi, melengkapi ketenangan Assisi dengan musik dan acara kultural lainnya.

Santo/santa

sunting

Assisi merupakan kampung halaman beberapa orang suci (khususnya santo/santa), misalnya:

Transportasi

sunting

Stasiun kereta Assisi, dibuka pada tahun 1866, merupakan bagian dari jalur kereta Foligno–Terontola yang juga menghubungkan Firenze (Florence) dengan Roma. Stasiun tersebut terletak di Piazza Dante Alighieri, di frazione Santa Maria degli Angeli, sekitar 5 kilometer (3,1 mi) sebelah barat daya pusat kota ini.

Hubungan internasional

sunting

Kota kembar

sunting

Assisi menjalin persaudaraan dengan kota-kota:

Sumber

sunting
  1. ^ Harris, W.; DARMC, R. Talbert; S. Gillies, J. Åhlfeldt; J. Becker, T. Elliott. "Places: 413037 (Asisium)". Pleiades. Diakses tanggal November 8, 2014. 
  2. ^ Lorenzetti works at Web Gallery of Art
  3. ^ Uffizi Galleries
  4. ^ "Umbria Art". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-01-30. Diakses tanggal 2016-09-21. 
  5. ^ "Bethlehem Municipality". www.bethlehem-city.org. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-07-13. Diakses tanggal 10 October 2009. 

Pranala luar

sunting
  •   Panduan perjalanan Assisi di Wikiwisata

  Chisholm, Hugh, ed. (1911). "Asisium". Encyclopædia Britannica (edisi ke-11). Cambridge University Press.