Aisyiyah

gerakan Islam bercabang dari Sunni
(Dialihkan dari 'aisyiyah)

Aisyiyah (bahasa Arab: عائشية, pengikut Aisyah) adalah salah satu organisasi otonom bagi wanita Muhammadiyah yang didirikan di Yogyakarta pada 27 Rajab 1335 H bertepatan dengan 19 Mei 1917 oleh Nyai Ahmad Dahlan.[1]

Aisyiyah
Lambang Aisyiyah
Bendera Aisyiyah
Tanggal pendirian19 Mei 1917; 107 tahun lalu (1917-05-19)
TipeOrganisasi otonom Muhammadiyah (Wanita Muhammadiyah)
TujuanKeagamaan dan sosial (Islam)
Kantor pusatJl. KH. Ahmad Dahlan No. 38, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia
Wilayah layanan
Indonesia
Jumlah anggota
20 juta
Ketua Umum
Dr. apt. Salmah Orbayinah, M. Kes.
Situs webaisyiyah.or.id

Sudah satu abad berdiri, Aisyiyah yang merupakan komponen perempuan Persyarikatan Muhammadiyah telah memberikan corak tersendiri dalam ranah sosial, pendidikan, kesehatan, dan keagamaan yang selama ini menjadi titik tolak gerakannya.

Gerakan Aisyiyah dari waktu ke waktu terus berkembang dan memberikan manfaat bagi peningkatan dan kemajuan harkat dan martabat perempuan Indonesia. Hasil yang sangat nyata adalah wujud amal usaha yang terdiri atas ribuan taman kanak-kanak, sekolah dasar, pondok pesantren, hingga perguruan tinggi.

Tentang Aisyiyah

sunting
 
Para wanita penggerak Aisyiyah tahun 1928

Aisyiyah adalah sebuah gerakan perempuan Muhammadiyah yang berdiri hampir bersamaan dengan berdirinya Muhammadiyah. Dalam kiprahnya yang lebih dari satu abad di Indonesia, saat ini Aisyiyah telah memiliki 34 Pimpinan Wilayah Aisyiyah (setingkat provinsi), 370 Pimpinan Daerah Aisyiyah (setingkat kabupaten/kota), 2.332 Pimpinan Cabang Aisyiyah (setingkat kecamatan) dan 6.924 Pimpinan Ranting Aisyiyah (setingkat kelurahan).[2]

Selain itu, Aisyiyah juga memiliki amal usaha yang bergerak di berbagai bidang yaitu: pendidikan, kesehatan, kesejahteraan sosial, ekonomi dan pemberdayaan masyarakat. Amal usaha di bidang pendidikan saat ini berjumlah 4.560 yang terdiri dari kelompok bermain, pendidikan anak usia dini, taman kanak-kanak, tempat penitipan anak, sekolah dasar, sekolah menengah pertama, dan lain-lain.[2]

Sedangkan amal usaha di bidang kesehatan yang terdiri dari rumah sakit, rumah bersalin, Badan Kesehatan Ibu dan Anak, Balai Pengobatan dan Posyandu berjumlah hingga 280 yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.[2]

Sebagai gerakan yang peduli dengan kesejahteraan sosial, Aisyiyah hingga kini juga memiliki sekitar 459 amal usaha yang bergerak di bidang ini meliputi: rumah singgah anak jalanan, panti asuhan, dana santunan sosial, tim pengrukti jenazah dan Posyandu.[2]

Aisyiyah menyadari, bahwa harkat martabat perempuan Indonesia tidak akan meningkat tanpa peningkatan kemampuan ekonomi di lingkungan perempuan. Oleh sebab itu, berbagai amal usaha yang bergerak di bidang pemberdayaan ekonomi ini di antaranya koperasi, Baitul Maal wa Tamwil, toko/kios, BU EKA, simpan pinjam, home industry, kursus keterampilan dan arisan. Jumlah amal usaha tersebut hingga 503 buah.[2]

Aisyiyah sebagai organisasi perempuan keagamaan terbesar di Indonesia juga memiliki beragam kegiatan berbasis pemberdayaan masyarakat khususnya penyadaran terhadap kehidupan bermasyarakat muslim Indonesia. Hingga saat ini kegiatan yang mencakup pengajian, Qoryah Thoyyibah, Kelompok Bimbingan Haji (KBIH), Badan Zakat Infaq dan Shodaqoh serta musala berjumlah 3785.[2]

Peran dan perkembangan

sunting
 
Aisyiyah diwakili Siti Munjiyah dan Siti Hajinah tergabung dalam Comita Congres Perempoean Indonesia tahun 1928

Setelah berdiri, Aisyiyah tumbuh dengan cepat. Sebagai organisasi perempuan Muhammadiyah, Aisyiyah kemudian tumbuh menjadi organisasi otonom yang berkembang ke seluruh penjuru tanah air.

Pada tahun 1919, dua tahun setelah berdiri, Aisyiyah merintis pendidikan dini untuk anak-anak dengan nama Frobelschool, yang merupakan taman kanak-kanak pertama kali yang didirikan oleh bangsa Indonesia. Selanjutnya taman kanak-kanak ini diseragamkan namanya menjadi TK Aisyiyah Bustanul Athfal yang saat ini telah mencapai 5.865 TK di seluruh Indonesia.

Gerakan pemberantasan kebodohan yang menjadi salah satu pilar perjuangan Aisyiyah terus dicanangkan dengan mengadakan pemberantasan buta huruf pertama kali, baik buta huruf Arab maupun Latin pada tahun 1923. Dalam kegiatan ini para peserta yang terdiri dari para gadis dan ibu-ibu rumah tangga belajar bersama dengan tujuan meningkatkan pengetahuan dan pemajuan partisipasi perempuan dalam dunia publik.

Selain itu, pada tahun 1926, Aisyiyah mulai menerbitkan majalah organisasi yang diberi nama Suara Aisyiyah, yang awal berdirinya menggunakan bahasa Jawa. Melalui majalah bulanan inilah Aisyiyah antara lain mengkomunikasikan semua program dan kegiatannya termasuk konsolidasi internal organisasi.

Dalam hal pergerakan kebangsaan, Aisyiyah juga termasuk organisasi yang turut memprakarsai dan membidani terbentuknya organisasi wanita pada tahun 1928. Dalam hal ini, Aisyiyah bersama dengan organisasi wanita lain bangkit berjuang untuk membebaskan bangsa Indonesia dari belenggu penjajahan dan kebodohan. Badan federasi ini diberi nama Kongres Perempuan Indonesia yang sekarang menjadi KOWANI (Kongres Wanita Indonesia). Lewat federasi ini berbagai usaha dan bentuk perjuangan bangsa dapat dilakukan secara terpadu.

Dalam perkembangannya, gerakan Aisyiyah dari waktu ke waktu terus meningkatkan peran dan memperluas kerja dalam rangka peningkatan dan pemajuan harkat wanita Indonesia. Hasil yang sangat nyata adalah wujud amal usaha yang terdiri atas ribuan sekolah dari taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi, rumah sakit, balai bersalin, panti asuhan, panti jompo, rumah-rumah sosial, lembaga ekonomi dan lain-lain diberbagai tempat sebagai contoh di TK Aisyiyah Bustanul Alfal di Botokan, Jonggrangan, Klaten Utara, Klaten.

Identitas

sunting

Aisyiyah, organisasi perempuan Persyarikatan Muhammadiyah, merupakan gerakan Islam dan dakwah amar makruf nahi mungkar, yang berasaskan Islam serta bersumber pada Al-Qur'an dan As-Sunnah.

Jaringan kerja sama

sunting

Sejak berdiri, Aisyiyah telah menjalin kerja sama dengan berbagai pihak baik dalam maupun luar negeri. Pada masa pergerakan nasional, kerja sama lebih ditujukan untuk menjalin semangat persatuan guna perjuangan untuk melepaskan bangsa Indonesia dari belenggu penjajahan. Pada tahun 1928, Aisyiyah menjadi salah satu pelopor berdirinya badan federasi organisasi wanita Indonesia yang sekarang dikenal dengan nama Kongres wanita Indonesia (KOWANI)

Beberapa lembaga baik semi pemerintah maupun non pemerintah yang pernah menjadi mitra kerja Aisyiyah dalam rangka kepentingan sosial bersama antara lain: Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK), Peningktan Peranan Wanita untuk keluarga Sehat dan Sejahtera (P2WKSS), Dewan Nasional Indonesia untuk Kesejahteraan Sosial ( DNIKS), Yayasan Sayap Ibu, Badan Musyawarah Organisasi Islam Wanita Indonesia (BMOIWI) dan Majelis Ulama Indonesia (MUI)

Di samping itu, Aisyiyah juga melakukan kerja sama dengan lembaga luar negri dalam rangka kesejahteraan sosial, program kemanusiaan, sosialisasi, kampanye, seminar, workshop, melengkapi prasarana amal usaha, dan lain-lain. Di antara lembaga luar negeri yang pernah bekerja sama dengan Aisyiyah adalah: Oversea Education Fund (OEF), Mobil Oil, The Pathfinder Fund, UNICEF, UNESCO, WHO, Universitas Johns Hopkins, USAID, AUSAID, NOVIB, The New Century Foundation, The Asia Foundation, Regional Islamic of South East Asia Pasific, World Conference of Religion and Peace, UNFPA, UNDP, Bank Dunia, Parnership for Governance Reform in Indonesia, beberapa kedutaan besar negara sahabat dan lain-lain.

Program

sunting

Pemberdayaan

sunting

Sebagai organisasi perempuan yang bergerak dalam bidang keagamaan dan kemasyarakatan, Aisyiyah diharapkan mampu menunjukkan komitmen dan kiprahnya untuk memajukan kehidupan masyarakat khususnya dalam pengentasan kemiskinan dan ketenagakerjaan.

Dengan visi “Tertatanya kemampuan organisasi dan jaringan aktivitas pemberdayaan ekonomi keluarga untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat”, Aisyiyah melalui Majelis Ekonomi bergerak di bidang pemberdayaan ekonomi rakyat kecil dan menengah serta pengembangan-pengembangan ekonomi kerakyatan.

Beberapa program pemberdayaan di antaranya: Mengembangkan Bina Usaha Ekonomi Keluarga Aisyiyah (BUEKA) dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Saat ini Aisyiyah memiliki dan membina Badan Usaha Ekonomi sebanyak 1.426 buah di wilayah, daerah dan cabang yang berupa badan usaha koperasi, pertanian, industri rumah tangga, pedagang kecil/toko.

Kesehatan

sunting

Sebagai organisasi sosial, masalah kesehatan dan lingkungan hidup telah menempati posisi yang sangat serius dalam gerakan Aisyiyah. Dengan misi sebagai penggerak terwujudnya masyarakat dan lingkungan hidup yang sehat, Aisyiyah kemudian mengembangkan pusat kegiatan pelayanan dan peningkatan mutu kesehatan masyarakat serta pelestarian lingkungan hidup melalui pendidikan. Saat ini Aisyiyah telah mengelola dan mengembangkan setidaknya 10 RSKIA (Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak), 29 klinik bersalin, 232 BKIA/yandu, dan 35 Balai Pengobatan yang tersebar di seluruh Indonesia

Beberapa program yang dikembangkan antara lain: peningkatan kualitas pelayanan kesehatan yang terjangkau di seluruh rumah sakit, rumah bersalin, Balai Pengobatan, Balai Kesehatan Ibu dan Anak yang dikelola oleh Aisyiyah serta menjadikan unit-unit kegiatan tersebut sebagai agent of development yang tidak hanya sebagai tempat mengobati orang sakit, tetapi mampu berperan secara optimal dalam mengobati lingkungan masyrakat.

Aisyiyah melalui Majelis Kesehatan dan Lingkungan Hidup juga melakukan kampanye peningkatan keadaran masyarakat dan penanggulangan penyakit berbahaya dan menular, penanggulangan HIV/AIDS dan NAPZA, bahaya merokok dan minuman keras, dengan menggunakan berbagai pendekatan dan bekerja sama dengan berbagai pihak, meningkatkan pendidikan dan perlindungan kesehatan reproduksi perempuan, menyelenggarakan pilot project system pelayanan terpadu antara lembaga kesehatan, dakwah sosial, dan terapi psikologi Islami.

Pendidikan

sunting

Sejalan dengan pengembangan pendidikan yang menjadi salah satu pilar utama gerakan Aisyiyah, melalui Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah serta Majelis Pendidikan Tinggi, Aisyiyah mengembangkan visi pendidikan yang berakhlak mulia untuk umat dan bangsa.

Dengan tujuan memajukan pendidikan (formal, non formal dan informal) serta mencerdaskan kehidupan bangsa hingga terwujud manusia muslim yang bertakwa, berakhlak mulia, cakap, percaya pada diri sendiri, cinta tanah air dan berguna bagi masyarakat serta diridai Allah SWT, berbagai program dikembangkan untuk menangani masalah pendidikan dari usia pra TK sampai sekolah menengah umum dan keguruan.

Saat ini Aisyiyah telah dan tengah melakukan pengeloaan dan pembinaan sebanyak: 86 kelompok bermain/pendidikan anak usia dini, 5.865 taman kanak-kanak, 380 madrasah diniyah, 668 TPA/TPQ, 2.920 IGABA, 399 IGA, 10 sekolah luar biasa, 14 sekolah dasar, 5 SLTP, 10 madrasah tsanawiyah, 8 SMU, 2 SMK, 2 madrasah aliyah, 5 pesantren putri, serta 28 pendidikan luar sekolah. Saat ini Aisyiyah juga dipercaya oleh pemerintah untuk menyelenggarakan ratusan PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) di seluruh Indonesia. Sedangkan untuk pendidikan tinggi Aisyiyah memiliki 3 perguruan tinggi, 2 STIKES, 3 AKBID serta 2 AKPER di seluruh Indonesia.

Selain itu, Aisyiyah juga memperhatikan masalah kaderisasi dan pengembangan sumber daya kader di lingkungan Angkatan Muda Muhammadiyah Putri secara integratif dan profesional yang mengarah pada penguatan dan pengembangan dakwah amar makruf nahi mungkar menuju masyarakat madani.

'Aisyiyah memiliki majalah Suara Aisyiyah sebagai media resmi organisasi. Selain itu, Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah 'Aisyiyah juga mengelola majalah anak-anak Bustanul Athfal yang diedarkan untuk siswa-siswi TK ABA.[3]

Lihat pula

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ Chandrawaty, Elfan Fanhas Fatwa Khomaeny (2019). TK AISYIYAH BUSTANUL ATHFAL : DULU, KINI, DAN ESOK (Refleksi Kiprah Satu Abad TK ABA dalam Membangun Negeri). Tasikmalaya: EDU PUBLISHER. hlm. 49–50. ISBN 9786239129231. 
  2. ^ a b c d e f "AISYIYAH". GOW KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR. 2018. 
  3. ^ Fatimah, Sitti (2014). (Tesis) Keefektifan Media Majalah Bustanul Athfal Dalam Meningkatkan Penguasaan Kosakata Anak Usia Dini Dalam Berbahasa Lisan Pada Taman Kanak-kanak Aisyiyah Pinrang Timur (PDF). Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Makassar. hlm. 7. Diakses tanggal 12 Januari 2023. 

Pranala luar

sunting